THIS IS JAKARTA CITY
5 min readMar 8, 2022

Marta Cooper & Kesenian Urban.

“Please call me a photographer, I don’t want to be a fine artist.”

Martha Cooper merupakan salah satu jurnalis foto perempuan yang lahir pada 1940 di Maryland, Amerika Serikat. Martha adalah seorang fotografer di New York Post pada tahun 1970-an. Nama Martha mulai populer ketika berhasil mendokumentasikan beberapa footage mengenai graffiti di New York City pada tahun 1980-an. Dan akhirnya pada tahun 1984, Cooper dan Chalfant menerbitkan beberapa hasil fotonya dalam “Subway Art”.

https://news.artnet.com/app/news-upload/2020/09/martha-cooper-2-1024x683.jpg

Cooper dan Perjalanan

Dalam bukunya yang berjudul “Hip Hop Files” tahun 2004, cooper mencerikatan sepenggal kisah hidupnya. Martha tertarik pada seni fotografi di usia yang sangat belia. Ia mendapatkan gelar seni pada umur 19 tahun dari Grinnell College.

Cooper melanjutkan hidup dengan mengajar Bahasa inggris di Peace Corps, Thailand sebagai sukarelawan. Perjalanan tersebut dilakukan menggunakan sepeda motor dari London ke Bangkok maupun sebaliknya hingga menerima gelar diploma antropologi dari Oxford

Pengalaman pertama dalam seni fotografi artistic dimulai ketika Copper berada di Jepang dengan memotret gambar kesenian tato yang rumit. Lalu, dia (cooper) magang sebagai seorang fotografi di National Geograpic pada tahun 1960 dan melanjutkan karirnya sebagai staff fotografi di New York Post. Hasil karya Cooper telah muncul di berbagai majalah terbitan National Geograpic, Smithsonian dan Natural History serta beberapa buku dan jurnal.

Selalu Produktif

Usia hanya menjadi sebuah angka bagi Cooper. Jurnalis foto legendaris ini berusia 81 tahun dan masih mengambil gambar di jalanan serta menambah daftar buku yang diterbitkan terus bertambah. Karya Cooper yang popular tidak lain adalah Subway Art, yang untuk pertama kali diterbitkan pada tahun 1984.

Dilansir pada halaman HypeArt, Seniman terkenal seperti Shepard Fairey, Osgemeos dan para penikmat seni memuji buku tersebut, menyatakan bahwa itu adalah salah satu alasan mengapa grafiti menjadi fenomena internasional dan itu mengubah jalannya sejarah seni secara keseluruhan.

Pada 1980-an Cooper bekerja di Belize memotret orang-orang dan sisa-sisa arkeologi budaya Maya di situs-situs seperti Nohmul dan Cuello. Cooper tinggal di Manhattan tetapi dari 2006–2016 mengerjakan proyek fotografi di Sowebo, lingkungan Baltimore Barat Daya.

Dan pada puncak keproduktifitasan seorang Cooper, Ia menjadi subjek film documenter berjudul Martha: A Picture Story yang rilis pada tahun 2019.

Berkenalan dengan Seni Jalanan

Cooper dikenal luas karena mendokumentasikan adegan grafiti New York di tahun 70- an, ketika itu masih merupakan bentuk seni yang belum dikenal. Dilansir dari halaman The New York Times, Suatu hari dia (Cooper) bertemu dengan seorang anak muda bernama Serrano (He3) yang membantunya mengekspos kesenian grafiti di sekitar lingkungannya.

Serrano membantu menjelaskan kepadanya bahwa graffiti merupakan bentuk seni dan bahwa setiap seniman sebenarnya menulis nama panggilannya. Lewat Serrano, Ia berkenalan dengan Dondi. Salah satu subjeknya yang paling terkenal adalah Dondi.

Dondi adalah orang pertama yang mengizinkannya menemaninya — saat dia menggambar, dia akan mengambil foto karyanya. Setelah bertemu dengan Dondi, Cooper menjadi terpesona dengan subculture bawah tanah yang dibuat oleh seniman graffiti ini di New York.

Dan pada akhirnya mengikuti beberapa kegiatan graffitiwritter di berbagai tempat, seperti Big Apple, Seni Jalanan di Tahiti, Berlin dan lainnya. Cooper telah menangkap semua jenis proses seni urban di seluruh dunia.

Waktu yang Menegangkan

Bukan tanpa tantangan dan rintangan, aksi-aksi yang dilakukan oleh Cooper syarat menimbulkan ketegangan dan berpengaruh terhadap keadaan psikologinya.

“Setiap kali anda pergi ke halaman di malam hari, itu menakutkan karena anda mendengar kereta membuat suara aneh dan anda mendengar seseorang datang dan anda berjongkok di belakang kereta.” Wawancara Cooper pada halaman Hypeart (14/2/2018).

Martha Cooper juga membuat proyek sebuah buku yang berjudul “One Week” dengan 1UP crew, proyek tersebut dilakukan oleh Cooper bersama temannya Nika Kramer.

“Saya harus mengatakan bahwa saya telah bekerja dengan 1UP di Berlin bersama dengan teman fotografer saya, Nika Kramer. Kami sedang mengerjakan sebuah buku dengan mereka yang disebut “One Week” dengan 1UP, dan saya telah menghidupkan kembali beberapa situasi menakutkan itu dan saya pikir sensasi ketakutan mendorong seluruh gerakan dengan cara tertentu. Anda pasti mengerti betapa menakutkannya itu dan betapa leganya anda ketika anda tidak tertangkap.” Martha Cooper (14/2/2018).

Sama dengan manusia normal pada umumnya dalam proyek tersebut Cooper masih merasa ketakutan, karena memang ketakutan adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Dan rasa takut merupakan suatu emosi dasar dari manusia.

“Ini jelas bukan sesuatu untuk semua orang dan bukan sesuatu yang ingin saya lakukan setiap hari. Sebenarnya, saya merasa akan senang jika saya tidak pernah melakukannya lagi, tetapi ketika anda berada di tengah momen tersebut, itu mengasyikkan. Jantung anda benar-benar dapat berdebar dan anda tahu, saya jatuh atau tergelincir di trek, saya menjatuhkan lensa saya, semuanya”. Pungkas Cooper (14/2/2018).

Belum Berakhir

Dilansir pada halaman HypeArt, Cooper menyatakan “Saya tidak ingin mengurangi permainan ini, Anda tahu, masih berkeliaran di tugas-tugas ini. Bekerja sebagai fotografer lepas selama 50 tahun terakhir, saya tidak memiliki rencana pensiun. Kebanyakan fotografer tidak.”

****

Semoga tepat pada hari perempuan se-dunia ini akan muncul kembali Cooper-Cooper yang baru dalam perkembangan aktifitas seni jalanan di Dunia, Salah hormat, Martha Cooper! Semoga sehat selalu.

Sumber :

https://hypebeast.com/2018/2/martha-cooper-interview-then-and-now-wish-atl

Cooper, Martha (2004). Hip Hop Files: Photographs 1979–1984. From Here To Fame GmbH. ISBN 3–937946–05–5.

Graustark, Barbara (10 April 2009). “Chronicler of the Furtive Arts”. The New York Times. Retrieved 8 March 2018.

No responses yet